Sudah sejak lama ajang pacuan kuda di Tanjungsari menjadi kesukaan masyarakat. Ketika pacuan digelar, para pemilik kuda dan joki pacuan di Jawa Barat selalu datang meramaikan gelanggang.

 

Dua minggu sebelum pacuan digelar, kuda-kuda sudah didatangkan untuk beradaptasi dengan gelanggang pacuan. Bersama dengan itu, tenda-tenda terpal yang menjadi istal dadakan pun didirikan.

 

Di Tanjungsari, pacuan kuda digelar setiap tahun. Namun ajang ini sempat terhenti akibat pandemi Covid-19. Pasca pandemi, pacuan kuda kembali digelar di Arena Pacuan Kuda, Desa Raharja, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.

Ajang pacuan kuda ini menjadi ajang pembuktian para joki dan pemilik kuda dalam adu kecepatan. Selain itu, pacuan kuda juga menjadi kegiatan budaya untuk mendatangkan wisatawan yang mampu mendongkrak perekonomian masyarakat.

 

Awalnya pacuan kuda hanya diikuti oleh orang dewasa. Kini, pacuan kuda tradisional Tanjungsari melibatkan joki-joki cilik. Hal tersebut menjadi sarana pembibitan dan seleksi calon atlet-atlet muda serta kuda pacuan untuk berlaga di ajang yang lebih besar.

 

“Saya memang cita-citanya jadi atlet berkuda. Sekarang lumayan juga kalo menang dapet Rp 150 ribu sampai jutaan, bisa buat tambah-tambah biaya sekolah sama bantu orang tua di rumah,” ucap M Ikbal (17) yang merupakan salah satu joki.

 

Tradisi pacuan kuda di Tanjungsari tak hanya menjadi perhatian masyarakat Sumedang saja. Kemunculan kuda-kuda pacuan yang hebat dan aksi para jokinya yang dahsyat kerap membuat ajang pacuan di sana menyedot perhatian pecinta kuda pacuan di Jawa Barat.

Kemunculan kuda pacuan dan aksi para jokinya yang dahsyat kerap membuat ajang pacuan di sana menyedot perhatian.

Namun sayang tak seperti pacuan kuda yang dilakukan di banyak tempat, di gelanggang pacuan kuda ini penonton bisa dengan leluasa masuk ke lintasan saat kuda sedang berlari kencang, meski berbahaya. Maklum saja, beberapa gelanggang di Kabupaten Sumedang belum memiliki pembatas lintasan.

 

Setelah berpacu di gelanggang pacuan, joki serta kuda yang menang berhak atas piala dan hadiah lainnya. Selain hadiah bagi sang joki, pemilik kuda pacuan pun memperoleh “nama besar” serta harga kuda yang akan naik berkali-kali lipat.

 

Untuk merayakan kemenangan, para pemenang akan disambut oleh penonton dan berjoget bersama diiringi dengan musik tradisional dangdut sunda. Para pemilik kuda pun turut serta dalam perayaan tersebut demi unjuk kebanggaan atas apa yang diraih oleh timnya di gelanggang pacuan.

Foto 

Abdan Syakura

 

Editor

Edwin Dwi Putranto

 

Desain

Baskoro Adhy

top

Adu Cepat Pacuan Kuda Tradisional Tanjungsari